Kebiasaan Aneh Pada Masa Lalu
Kebiasaan Aneh Pada Masa Lalu – Ada beberapa kebudayaan yang merupakan sebuah nilai atau kebiasaan yang menjadi jati diri semua komunitas atau kelompok orang.
Dengan seiring jalannya waktu dan pengantian abad, dan kebiasaan aneh itu berkembang serta berubah.
Dari perubahan itu merupakan sesuatu yang tidak bisa di pungkiri. Dari adanya pergantian zaman dan kemajuan teknologi membuat beberapa komunitas ‘memodernisasikan’ budaya mereka.
Tetapi hal itu tidak mengartikan kebudayaan tersebut akan hilang sepenuhnya. Untuk kebiasaan itu hanya di ganti atau di sederhanakan.
Praktik yang di lakukan oleh nenek moyang pada zaman dahulu kala sulit sekali di mengerti bagi kebanyakan orang masa ini.
dari rasa sakit yang harus di rasakan saat menjalani ritual,risiko tinggi dan berbahaya, serta tidak masuk akal.
Berikut beberapa contoh kebiasaan aneh kuno yang tidak berkembang di masa sekarang, yang di kutip dari victoriaramada.com.
1. Pengikatan Kaki (foot binding)
Tidak ada yang tahu pasti kapan dan di mana asal mula kebudayaan kuno satu ini. Namun ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa, tradisi mengikat kaki di duga berasal dari zaman Dinasti Shang (1700-1027 SM).
Konon kebiasaan itu di kabarkan bermula dari Permaisuri Shang yang memiliki kelainan bentuk pada kakinya. Kelainan tersebut membuat dia tidak bisa meletakkan kakinya pada suatu bidang datar.
Oleh karena itu sang permaisuri memerintahkan agar semua perempuan di wilayahnya wajib mengikat kaki mereka.
Namun, menurut catatan sejarah dari Dinasti Song (960-1279 M), kebiasaan mengikat kaki tersebut bermula pada masa kejayaan Li Yu — penguasa China pada 961-975M. Kebudayaan itu menyebar luas.
Hingga pada abad ke-16, setiap wanita Dinasti Qing yang ingin menikah wajib mengikat kaki mereka terlebih dahulu.
2. Gajah ‘Algojo’
Dulu, beberapa komunitas di dunia menggunakan gajah sebagai ‘algojo’ dan melakukan eksekusi mati serta hukuman. Metode hukuman ini dulunya di lakukan di Barat. IDN Slot 88
Namun lebih sering di gunakan di wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan, terutama India. Jenis hukuman yang juga di kenal dengan sebutan Gunga rao, telah di gunakan di negara itu sejak abad pertengahan.
Gunga Rao populer pada Abad ke-19. Hukuman kejam itu dihentikan ketika Inggris mulai menjajah India.
3. Seppuku
tradisi Seppuku merupakan tradisi ‘mensucikan’ nama baik yang populer di kalangan Samurai Jepang.
Seppuku adalah praktik membunuh diri sendiri dengan menusuk perut hingga mengeluarkan isinya, yang di lakukan untuk mengembalikan nama baik.
Salah satu praktik Seppuku terkenal yang pernah di lakukan adalah kematian samurai Minamoto Tametomo dan penyair Minamoto Yorimasa pada akhir Abad ke-12.
Praktik Seppuku di lakukan dengan mengembangkan kasur putih yang di kelilingi oleh saksi mata. Samurai yang akan melaksanakan Seppuku akan duduk di tengah-tengah dengan mengenakan kimono putih.
Di sebelahnya duduk samurai ‘kedua’ yang akan memenggal nyawa pelaku Seppuku, setelah dia selesai menyayat perutnya.
Hal itu di lakukan agar sang samurai tidak merasakan sakit terlalu lama.
4. Hak Tinggi untuk Pria
Hak tinggi merupakan salah satu tren sepatu yang sangat populer di kalangan wanita. Namun ternyata pada zaman dulu mode sepatu itu juga di gunakan oleh pria.
Tidak ada yang tahu pasti kapan hak tinggi pertama kali di ciptakan. Tapi jenis sepatu itu di gunakan oleh aktor Yunani kuno. Sepatu yang di sebut ‘kothorni’ itu di gunakan dari tahun 200 Sebelum Masehi.
Awalnya sepatu itu menggunakan sumbat kayu sebagai haknya. Perbedaan tinggi hak sepatu seseorang kala itu menentukan status sosial mereka di kalangan masyarakat.
Sepatu hak tinggi juga populer di gunakan oleh pria dan wanita Eropa pada abad pertengahan. Alas kaki yang mereka gunakan pada zaman itu di kenal dengan sebutan pattens.
Alas hak sepatu atau pattens di gunakan untuk melindungi sepatu dari jalanan yang becek dan berlumpur.
Selain untuk melindungi sepatu dari lumpur, pattens juga di gunakan untuk menjaga keawetan sepatu yang kala itu banyak terbuat dari bahan mahal dan rapuh.
5. Menghitamkan Gigi
Kebudayaan menghitamkan gigi atau Ohaguro sangat populer di Jepang kuno. Praktik budaya itu di aplikasikan kepada (umumnya) para wanita muda Negeri Sakura.
Menghitamkan gigi diartikan sebagai lambang kecantikan dan kematangan seksual seorang wanita kala itu.
6. Tumbal Manusia
Menjadikan manusia sebagai persembahan atau tumbal merupakan praktik yang banyak dilakukan oleh komunitas manusia pada zaman kuno. Terutama di China dan Mesir.
Kuburan penguasa dua negara itu di lubangi. Tempat itu berisikan banyak kerangka manusia, yang di percaya arwahnya akan menjadi pelayan di kehidupan sesudah kematian.
Tidak hanya di China dan Mesir, potongan-potongan kerangka manusia yang di jadikan tumbal dalam ritual juga dapat di temukan di Eropa dan Inggris.
Sementara itu pengorbanan bagi suku Maya dan Aztek di lakukan dengan meletakkan jantung yang masih berdetak tumbal, di atas altar kuil.
7. Kebiri Kasim
Pada zaman China kuno — hingga Dinasti Sui — kebiri merupakan salah satu dari Lima Hukuman — serangkaian hukuman fisik yang di berlakukan dalam hukum pidana.
Pengebirian juga salah satu syarat untuk mendapatkan pekerjaan di layanan kekaisaran. Pada masa kejayaan Dinasti Han, para kasim akan berdatangan ke istana, untuk mendapatkan kesempatan mengabdi di dalam kekaisaran.
Di sana mereka juga dapat mengumpulkan kekuatan politik dalam jumlah yang besar. Kasim tidak pernah di anggap menjadi sebuah ancaman bagi penguasa.
Hal tersebut karena orang yang telah di kebiri tidak akan bisa memiliki anak atau mewariskan kekuasaan pada keturunannya. Oleh karena itu, kaisar yang memiliki banyak selir di Kota Terlarang, tidak khawatir selirnya akan di hamili oleh pria lain selain dirinya