Adab Tidak Tergantikan oleh Teknologi – Kemajuan teknologi yang pesat saat ini dapat memudahkan apa yang dirasakan sulit, mendekatkan hal hal yang terasa jauh dan mampu mempersingkat waktu, serta menghemat biaya untuk menyelesaikan pekerjaan. Apalagi dalam dunia pendidikan segala informasi terkait konten pembelajaran bisa diakses melalui google, youtube dan aplikasi belajar lainnya
Hal ini tentu sangat memudahkan dan meringankan tugas guru, tapi sungguhpun segala informasi bisa diperoleh dengan mudah, yang namanya “Adab” tidak akan terbentuk dengan sendirinya, Adab memiliki sebuah arti kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti. Adab erat kaitannya dengan akhlak atau perilaku terpuji. adab dibentuk melalui proses pembiasaan, berulang-ulang sehingga sudah membudaya dan bisa membentuk karakter seseorang, proses pembentukan adab butuh guru dan tidak bisa digantikan oleh teknologi Daftar Akun Club388
Pengaruh kemajuan teknologi memang sudah memberi dampak bagi generasi digital native, mereka bahkan sudah sangat piawai dalam menggunakan teknologi, baik itu smart phone, tablet, notebook, dan alat komunikasi digital lainnya. Mereka sangat beruntung bisa merasakan dampak positif kemajuan teknologi, namun tak sedikit pula dampak negatif yang tanpa mereka sadari sudah mempengaruhi gaya bicara terhadap lawan bicara, cara bersikap terhadap orang-orang yang ada disekitarnya, tentu ini akan sangat membutuhkan peran pengawasan dan bimbingan dari orang-orang dewasa di sekitarnya, terutama peran orang tua dan guru.
Abu Zakariya An Anbari rahimahullah mengatakan: “Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh” Ilmu sangat penting, namun di atas ilmu ada hal yang lebih penting lagi dan merupakan modal dasar setiap manusia yang terpuji, yaitu Adab.
Dalam QS Al-Baqarah: 83, yang artinya “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia” dijelaskan bahwa bagaimana manusia yang baik dalam bersikap serta bertutur kata. Banyak hal yang harus diluruskan dalam cara bertutur kata,sebab kebanyakan siswa sekarang bahasanya sudah sangat simple, sederhana dan tak jarang singkat dan gaul, yang sayangnya terkadang penggunaannya tidak tepat ditujukan pada orang-orang di sekitar apalagi ditujukan pada orang yang lebih tua Daftar Akun Club388
Kata sapaan yang sopan serta penggunaan kata ajaib seperti kata “tolong”,” permisi”, “maaf”, “silakan”, dan “terima kasih” sebaiknya sudah dibiasakan sejak kecil, agar mereka bisa mengerti bahwa kelima kata tersebut mampu mendatangkan ketenangan hati dan kedamaian. “Kato Nan Ampek”, pada kebudayaan Minangkabau yang berkaitan dengan cara bertutur kata kita terhadap lawan bicara berdasarkan siapa yang diajak bicara. Seperti istilahnya, Kato Nan Ampek terbagi 4, yaitu : Mandaki, Malereang, Mandata, dan Manurun.
Mandaki berarti mendaki. Itu artinya, orang-orang yang sedang kita ajak berbicara merupakan orang-orang yang berada di atas kita secara hirarki jumlah tahun, atau hirarki hubungan keluarga, atau hubungan anak kepada orang tuanya, murid kepada guru.
Malereang berarti melereng atau miring, maksudnya bagaimana cara kita berkomunikasi dengan pihak yang rasanya janggal apabila mengungkapkan perasaan/ pikiran kepadanya secara gamblang dan terus terang. Dalam kata melereang ini digunakan kata-kata berkiasbanding, misalnya komunikasi antara mertua dengan menantu dan sebaliknya.
Mandata berarti mendatar, maksudnya bagaimana cara kita berbicara dan bersikap pada seseorang yang sepantaran/seusia/sama besar. Dalam hal ini, tentulah cara bicara dan bersikap lebih ke arah gurauan dan candaan, namun tidak menyinggung perasaan dan saling menghargai.
Manurun berarti menurun, digunakan saat berbicara kepada orang yang lebih muda dari kita, seperti orang tua kepada anak, kakak kepada adiknya, guru kepada muridnya. Kepada yang lebih muda itu tetaplah harus juga pandai menghargai dan tidak semena-mena. Tidak merasa paling tahu dan paling benar.
Tidak hanya cara bertutur kata pada Kato Nan Ampek, cara bersikapun sudah diatur dalam kebudayaan Minangkabau, yaitu Sumbang Duo Baleh, yang merupakan peraturan tidak tertulis dalam adat minang yang berisi tentang tata krama dan nilai sopan santun. Di dalamnya termuat dua belas ketentuan dan larangan yang mesti ditaati oleh setiap perempuan minang, yang terdiri dari :
Sumbang Pakai, Pakaian haruslah sopan, bersih dan rapih. Jangan memakai pakaian yang jarang dan ketat, apalagi sampai mencetak lekuk tubuh. Kenakanlah pakaian yang pas dengan fungsi masing masing, pakaian ke pasar tentu beda dengan pakaian beribadah.
Sumbang Duduak, Adat kebiasaan mengatur bahwa duduk yang paling pantas bagi perempuan adalah bersimpuh. Tidak boleh bersila seperti lelaki, tidak boleh mengangkat kaki, berjongkok. Duduk di kursi pun haruslah menyamping dan merapatkan paha. Apabila berboncengan tidak boleh mengangkang, harus menyamping.
Sumbang Tagak, Saat berdiripun, perempuan diatur untuk berdiri dengan sopan, tidak berkacak pinggang. Dilarang berdiri di tangga ataupun di depan pintu. Dilarang untuk berdiri di pinggir jalan jika tidak ada yang dinanti, dan tentunya dilarang berdiri berdua dengan yang bukan muhrim.
Sumbang Jalan, Ketika berjalan, perempuan haruslah berkawan, tidak boleh tergesa-gesa namun harus tetap hati-hati. Diumpamakan bahwa semut yang terinjak bahkan tidak mati. Demikian saking hati-hatinya.
Sumbang Kato, Berkata haruslah dengan sopan dan memiliki tujuan, haruslah mengerti kato nan ampek. Ia harus tahu dengan siapa ia berkata-kata. Dilarang untuk memotong pembicaraan orang lain, atau berkata dengan terlalu kegirangan Daftar Akun Club388
Sumbang Caliak, Perempuan yang telah gadis dilarang untuk bersitatap dengan lelaki yang bukan muhrimnya, ia haruslah menundukkan dan menjaga pandangannya. Saat ada tamu, sebisa mungkin untuk tidak melihat jam terlalu sering. Karena dianggap tengah mengusir tamu secara halus.
Sumbang Makan, Makanlah secukupnya, makan pelan-pelan. Dilarang makan sambil berdiri apalagi berjalan. Sebisa mungkin tidak berbicara saat makan kecuali sangat penting. Jangan berbunyi saat makan atau istilah ‘rang awak-nya disebut “mancapak”.
Sumbang Karajo, Idealnya pekerjaan perempuan adalah pekerjaan yang ringan dan mudah. Pekerjaan kasar dan berat hendaknya diserahkan kepada kaum lelaki, ataupun dimintakan tolong kepada laki-laki yang ada.
Sumbang Tanyo, Dalam bertanya, dengarlah terlebih dahulu penjelasan orang lain, barulah bertanya dengan sopan. Maksudnya sopan adalah tidak menguji apalagi merendahkan orang lain.
Sumbang Jawek, Begitu juga ketika ditanyai, jawablah dengan seperlunya dan tepat. Jangan menjawab sekenanya, sehingga orang harus bertanya berulang-ulang karena semakin bingung. Jawablah hal yang perlu perlu saja, yang tidak perlu tidak usah dijawab.
Sumbang Bagaua, Pergaulan perempuan dewasa minang haruslah terjaga. Ia tidak boleh bergaul terlalu dekat dengan bukan muhrimnya apalagi berjalan berduaan. Selain itu akan terlihat sumbang bila perempuan dewasa bergaul dngan anak kecil, apalagi ikut permainan mereka.
Sumbang Kurenah, Dalam bertingkah laku sehari-hari haruslah tetap bisa menjaga perasaan orang lain. Jangan berkata berbisik bisik, menutup hidung dalam keramaian, tertawa terbahak-bahak dan sejenisnya. Jaga lisan dari hal yang akan menyinggung banyak orang.
Ulama Imam Malik mengatakan bahwa, “Pelajarilah adab terlebih dahulu sebelum mempelajari suatu ilmu.” Hal ini sangat sejalan dengan kebudayaan Minangkabau, walau bagaimana pun pesatnya laju perkembangan teknologi, adab tetap yang utama setelah ilmu dan Adab takkan tergantikan oleh teknologi Daftar Akun Club388